Minggu, 06 November 2016

TUGAS  
MANAJEMEN KEUANGAN
( Manajemen Modal Kerja )

Dikumpulkan Untuk Memenuhi Salah SatuTugas Ujian Tengah Semester
 Mata Kuliah Manajemen Keuangan
Program Pasca Sarjana
Dosen Pengampu: Dr. Supawi Pawenang, SE., MM


Oleh :
Nama           :   Dwi Niscayawati
NPM            :   2015 P 20098
Kelas /Smt   :  XXI B / 2


PROGRAM PASCASARJANA (PPS)
UNIVERSITAS ISLAM BATIK ( UNIBA )
2016




MANAJEMEN MODAL KERJA
A.    Pengertian Modal Kerja
Pengertian modal kerja menurut Jumingan (2011:66) disebutkan bahwa modal kerja adalah:
“Modal kerja yaitu jumlah dari aktifa lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto (gross working capital). Definisi ini bersifat kuantitatif karena menunjukan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal kerja akan tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dari unsur-unsur aktiva lancar misalnya kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan.

Pengertian lain tentang modal kerja didefinisikan oleh Kasmir (2012:250) yang mendefinisikan modal kerja dengan definisi berikut:
”Pengertian modal kerja merupakaan modal yang digunakaan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan. Modal kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas, bank, surat-surat berharga,piutang, persediaan dan aktiva lancar.”

Pengertian modal kerja menurut Ehrhard & Brigham (2014: 643) didefinisikan sebagai “Working Capital is the excess of current assets that has been supplied by the  long-term creditors and the stockholders.” Berdasarkan pengertian tersebut, modal kerja diartikan sebagai kelebihan dari aset lancar yang dipasok oleh para kreditor jangka panjang dan pemegang saham.
Pengertian modal kerja menurut Weston dan Brigham (dalam Van Horne & Wachowicz, 2014: 207) didefinisikan sebagai berikut: “Working Capital is a firm’s investments in short – term assets – cash, short-term securities, account receivable, and inventories. Gross Working Capital is the firm’s total current assets. Net working capital is current Assets minus current liabilities. Working Capital Management, which encompases all aspects of the administration of both current assets and current Liabilities”. Konsep tersebut diartikan bahwa: Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat – surat berharga), piutang dagang dan persediaan. Jadi modal kerja ini disebut modal kerja bruto (gross working capital). Sedang modal kerja bersih (net working capital) adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Manajemen modal kerja didefinisikan secara luas mencakup semua aspek pengelolaan baik aktiva lancar maupun huntang lancar.
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam harta jangka pendek atau aktiva lancar.
B.     Konsep Modal Kerja
Menurut Munawir (2010:14) ada 3 konsep modal kerja yang umum digunakan. Ketiga konsep tersebut terdiri dari: konsep modal kerja kuantitatif, konsep modal kerja kualitatif, dan konsep modal kerja fungsional. Ketiga konsep tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Konsep Modal Kerja Kuantitatif
Konsep ini menitik beratkan kepada kuantum yang diperlakukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin atau menunjukan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka penpek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital ) (Munawir, 2010: 14).
2.      Konsep Modal Kerja Kualitatif
Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun para pemilik perusahaan (Munawir, 2010: 15).
3.      Konsep Modal Kerja Fungsional
Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Konsep ini berdasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang digunakan dalam  perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Pada  dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilka laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang.
C.    Fungsi dan Manfaat Modal Kerja
Fungsi modal kerja menurut Kasmir (2012: 254) adalah sebagai berikut:
1.    Modal Kerja itu menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang diragukan dan yang tidak dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan;
2.    Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua utang lancarnya tepat pada waktunya dan untuk memanfaatkan potongan tunai; dengan menggunakan potongan tunai maka jumlah yang akan dibayarkan untuk pembelian barang menjadi berkurang;
3.    Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara Credit standing perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan perusahaan untuk memelihara kredit. Disamping itu modal kerja yang mencukupi memungkinkan perusahaan untuk menghadapi situasi darurat seperti dalam hal terjadi: pemogokan banjir dan kebakaran;
4.    Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit kepada para pembeli. Kadang-kadang perusahaan harus memberikan kepada para pembelinya syarat kredit yang lebih lunak dalam usaha membantu para pembeli yang baik untuk membiayai operasinya;
5.    Memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan persediaan pada suatu jumlah yang mencukupi untuk melayani kebutuhan para pembeli dengan lancar;
6.    Memungkinkan pimpinan perusahaan untuk menyelenggarakan perusahaan lebih efisien dengan jalan menghindarkan kelambatan dalam memperoleh bahan, jasa dan alat-alat yang disebabkan karena kesulitan kredit; dan
7.    Modal kerja yang mencukupi, memungkinkan pula perusahaan untuk menghadapi masa resesi dan depresi dengan baik.
Modal kerja mampu membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Dengan modal kerja yang cukup akan membuat perusahaan beroperasi secara ekonomis dan efesien serta tidak mengalami kesulitan keuangan. Manfaat modal kerja menurut Munawir (2010: 116) adalah sebagai berikut:
1.    Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar;
2.    Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya;
3.    Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumen;
4.    Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya; dan
5.    Memungkinkan bagi perusaahan untuk dapat beroperasi dengan lebih efesien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan.
D.    Jenis-jenis Modal Kerja
Menurut Munawir (2010: 119) pada dasarnya modal kerja itu terdiri dari dua,yaitu pertama, bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan lancar tanpa kesulitan keungan, dan kedua jumlah modal kerja yang variabel yang jumlahnya tergantung pada aktifitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan di luar aktivitas biasa. Jenis modal kerja menurut W.B. Taylor (Riyanto, 2001: 61) modal kerja dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu: modal kerja permanen (Permanent Working Capital) dan modal kerja variabel (Variable Working Capital). Kedua jenis modal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.      Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen merupakan modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja ini terdiri dari Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) dan Modal Kerja Normal (Normal Working Capital).
a.    Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) adalah jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
b.    Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)
Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) adalah jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luasnya persediaan produk yang normal atau dinamis, luasnya produk mengikuti jumlah penjualan produk pada perusahaan.
2.      Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Modal kerja variabel merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perolehan keadaan dan modal kerja ini dibedakan antara lain menjadi: Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital); Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital); dan Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital).

a.    Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
Modal kerja musiman adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah yang disebabkan oleh fluktuasi musim.
b.    Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)
Modal kerja siklis adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah yang disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.
c.    Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
Modal kerja darurat adalah modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya, misalnya pemogokan karyawan, banjir, perubahan ekonomi yang mendadak dan lain-lain.
Menurut Halim (2002: 89-92) menyatakan bahwa besar kecilnya kebutuhan modal kerja tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Volume Penjualan
Faktor ini adalah faktor yang paling utama, karena perusahaan memerlukan modal kerja untuk menjalankan aktivitasnya di mana puncak dari aktivitas penjualan, dari ini perusahaan bisa mengukur efektif dan efisiennya perkembangan pada karyawan dan perusahaan.
b.      Pengaruh Musim
Musim dapat mempengaruhi permintaan dari barang, maka penjualan akan berfluktuasi dan fluktuasi penjualan akan mengakibatkan perbedaan-perbedaan jumlah kebutuhan modal kerja dan inilah yang menimbulkan adanya modal kerja variabel.
c.       Perubahan teknologi
Perkembangan teknologi terutama yang berhubungan dengan proses produksi dapat mempunyai pengaruh yang tajam terhadap kebutuhan modal kerja.

d.      Kebijakan-kebijakan Perusahaan
Beberapa kebijakan perusahaan yang diambil dapat mempengaruhi tingkat modal kerja baik permanen ataupun variabel. Jika perusahaan mengubah kebijakan kredit net 30 menjadi net 60, maka tambahan dana permanen mungkin terikat pada piutang. Jika perusahaan mengubah kebijakan produksi mungkin akan mempengaruhi kebutuhan persediaan. Perubahan tingkat minimum kas mungkin akan menaikkan atau menurunkan modal kerja.
Macam-macam modal kerja itu dapat digambarkan seperti nampak di bawah ini.
 Gambar Jenis-jenis Modal Kerja

 E.     Penentuan Jumlah Modal Kerja
Terdapat beberapa metode yang biasa dipergunakan untuk menentukan besarnya kebutuhan modal kerja seperti (1) metode keterikatan dana, (2) metode perputaran modal kerja, (3) metode aliran kas. Ketiga metode tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    Metode Keterikatan Dana
Metode ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Periode Terikatnya Modal Kerja
=
Jumlah Hari dalam Satu Tahun
Tingkat Perputaran Modal Kerja

Contoh:
Analisis kasus: misalkan anda bermaksud untuk mendirikan usaha pembuatan berbagai jenis roti di kota anda. Setiap harinya diperlukan uang tunai untuk membeli bahan bahan baku, membayar tenaga kerja, dan pengeluaran tunai lainnya sebesar Rp 1.000.000. roti hasil perusahaan dijual secara tunai dan terjual seluruhnya pada hari itu juga dengan pendapatan Rp 1.100.000. Kemudian malam harinya ia berbelanja lagi untuk membuat roti yang akan dijual esok harinya dengan pengeluaran yang sama sebesar Rp 1.000.000, sedang selebihnya Rp 100.000 digunakan untuk konsumsi biaya hidup keluarga. Jika hal ini dilakukan terus menerus maka modal kerja dapat dikatakan Rp 1.000.000.
2.    Metode Perputaran Modal Kerja
Metode ini berbeda dengan metode keterikatan dana, karena metode ini menentukan kebutuhan modal kerja dengan memperhatikan perputaran elemen pembentuk modal kerja itu sendiri seperti kas, piutang dan persediaan. Untuk menentukan besarnya modal kerja maka dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Tingkat Perputaran Modal Kerja
=
Penjualan
(Aktiva Lancar – Hutang Lancar)

3.    Metode Aliran Kas
Metode ini menggunakan analisa cash flow. Arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas pendanaan, dan aktivitas pembiayaan. Untuk menentukan besarnya modal kerja maka dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kas Per Hari
=
(Penjualan – Laba Bersih – Depresiasi)
Jumlah Hari dalam Satu Tahun

F.     Pemenuhan Kebutuhan Dana
Bagi manajer keuangan sangat penting untuk menganalisis berapa besar kebutuhan aktiva lancar yang sifatnya permanen dan yang berfluktuasi (variabel). Yang bersifat permanen, sebesar modal kerja minimum yang selalu harus ada selama satu tahun. Untuk kemudian memilih sumber dana untuk membiayai investasi itu baik aktiva lancar maupun aktiva tetap. Terdapat tiga alternatif pemenuhan kebutuhan dana menurut Sartono (2014: 386-390) dalam kaitannya dengan aktiva lancar. Ketiga pendekatan tersebut adalah: (1) matching approach, (2) conservative approach, dan (3) aggressive approach.
1.      Matching approach
Pendekatan ini akan membiayai investasi aktiva tetap dan aktiva lancar permanen dengan sumber dana jangka panjang, baik itu hutang jangka panjang maupun modal sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari resiko perusahaan apabila sumber dana yang digunakan adalah sumber dana jangka pendek, maka pada saat jatuh tempo perusahaan tidak dapat membayarnya kembali.
Pendekatan macthing approach dalam memenuhi kebutuhan dana dapat disajikan ke dalam diagram berikut.
 Gambaran Matching Approach
2.      Conservative approach
Pendekatan ini akan membiayai aktiva tetap dan aktiva lancar permanen serta sebagian aktiva lancar yang berfluktuasi dengan hutang jangka panjang atau modal sendiri. Struktur hutang jangka pendek dengan demikian akan lebih kecil dibandingkan dengan Matching Approach. Keputusan ini dimaksudkan untuk lebih memperkecil resiko meskipun akan memperkecil keuntungan yang diharapkan tersedia untuk pemegang saham, karena biaya hutang jangka panjang pada umumnya lebih besar dari pada biaya hutang jangka pendek. Hal ini disebabkan karena resiko dalam hutang jangka panjang yang relatif lebih besar dari pada hutang jangka pendek yang relatif lebih kecil.
Pendekatan conservative approach dalam memenuhi kebutuhan dana dapat disajikan ke dalam diagram berikut.
 Gambaran Conservative Approach

3.      Aggressive approach
Aggressive approach, adalah pendekatan dalam pemenuhan kebutuhan dana dengan menggunakan proporsi utang jangka pendek yang lebih besar, jika dibandingkan dengan pendekatan yang lain. Perusahaan yang menganut pendekatan ini akan memenuhi aktiva tetap dan sebagian aktiva lancar permanen dengan utang jangka panjang dan sebagian aktiva lancar permanen dan semua aktiva lancar variabel dengan utang jangka pendek. Oleh karena itu perusahaan yang menggunakan pendekatan ini menanggung pengembalian utang jangka pendek yang lebih besar, sehingga risiko fluktuasi bunga jangka pendek juga semakin besar tetapi dengan harapan bahwa laba yang diperoleh juga akan semakin besar dengan demikian akan memperkecil biaya utang jangka pendek.
Pendekatan aggressive approach dalam memenuhi kebutuhan dana dapat disajikan ke dalam diagram berikut:
 Gambaran Aggressive Approach

Ketiga alternatif tersebut pada dasarnya membedakan modal kerja menjadi dua komponen yaitu modal kerja variabel dan modal kerja permanen (Sartono, 2014: 395). Pendekatan yang agresif menggunakan utang jangka pendek yang lebih besar dibandingkan dengan pendekatan konservatif. Sedangkan matching approach terletak di antara dua pendekatan itu. Meskipun penggunaan utang jangka pendek lebih berisiko dibandingkan dengan utang jangka panjang, tetapi penggunaan utang jangka pendek memiliki beberapa keuntungan: kecepatan, biaya utang yang lebih rendah, dan risiko.
Dari segi kecepatan untuk memperoleh kebutuhan modal kerja, utang jangka pendek relatif lebih mudah dan cepat diperoleh daripada utang jangka panjang. Hal ini disebabkan karena kreditur enggan untuk memberikan pinjaman jangka panjang sebelum melakukan evaluasi keuangan yang cermat. Selain itu utang jangka pendek relatif lebih fleksibel dibandingkan dengan utang jangka panjang. Banyak perusahaan enggan untuk mengambil utang jangka panjang karena tiga alasan: flotation cost yang tinggi, penalti akibat pelunasan yang lebih awal sangat tinggi, utang jangka panjang mengurangi keleluasaan manajemen dalam manuver dana.
Dalam kondisi normal, bunga utang jangka pendek akan lebih rendah daripada bunga utang jangka panjang. Ini erat kaitannya dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh kreditur. Dengan demikian cukup rasional jika kreditur menghendaki tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk mengkompensasi risiko yang mereka hadapi. Tetapi perlu diingat bahwa penggunaan utang jangka pendek yang tidak hati-hati akan memberatkan perusahaan karena besar kemungkinan pada saat utang tersebut jatuh tempo, perusahaan tidak mampu membayar kembali. Dengan demikian untuk utang jangka pendek dalam jumlah besar akan  memperburuk posisi keuangan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Wibowo & Sri Wartini. 2012. Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas dan Leverage Terhadap Profitabilitas. Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 3 No. 1, 2012.
Ehrhardt, Michael C., and Eugene F. Brigham. 2014. Financial Management: Theory and Practice. Singapore: South-Western Cengage Learning.
Jumingan. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara
Munawir, S. 2010. Analisis Informasi Keuangan, Liberty, Yogyakarta.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi. Keempat, Cetakan Ketujuh, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Sartono (2014: 386-390)
Sartono, Agus. 2014. Manajemen Keuangan. Edisi 12. Yogyakarta: BPFE UGM.
Van Horne, James C., and John M. Wachowicz. Fundamentals of Financial Management 13th Edition. London: Prentice Hall Financial Times.